Pages

Thursday, February 7, 2013

Cisco Fundamental : VLSM dan Supernet

VLSM 

 

Sejarah VLSM 

 

Subnetting tradisional (same size) memungkinkan pembuatan subnet hingga 1 tingkat, namun masih memiliki beberapa kekurangan, diantaranya:

1. Setiap subnet memiliki ukuran host yang sama.

2. Jumlah subnet yang dibuat pasti kelipatan 2, tidak efisien untuk kasus jaringan tertentu.

3. Besar dan banyaknya subnet yang harus digunakan ditentukan oleh jaringan yang memiliki jumlah host terbanyak, meskipun jaringan lain hanya memiliki host sedikit.

Contoh Soal 

 

Sebuah perusahaan kecil memiliki jaringan kelas C, 201.45.222.0/24. Memiliki 6 sub network pada perusahaan tersebut. 4 subnet pertama (s1, s2, s3 dan s4) relative kecil, masing-masing 10 host. Namun, subnet kelima (s5) untuk produksi membutuhkan 50 host dan subnet keenam (s6) untuk divisi teknis memerlukan 100 host. Jumlah host total ialah 190 host, masih dalam kapasitas jaringan 201.45.222.0/24 yang maksimum memiliki 254 host.

Solusi dengan Subnet Tradisional (Same Size)


Jika dirancang dengan subnet tradisional, maka jaringan 201.45.222.0/24 tidak memadai, karena subnet terbesar (s6) menjadi dasar perhitungan jumlah host minimal. Dengan subnet tradisional, tiap subnet harus memiliki kapasitas 126 host (menggunakan prefix /25). Sehingga didapat 6 subnet sebagai berikut:

Network id/prefix
Jaringan
Kapasitas
Kebutuhan
201.45.222.0/25
S1
126 host
10
201.45.222.128/25
S2
126 host
10
201.45.223.0/25
S3
126 host
10
201.45.223.128/25
S4
126 host
10
201.45.224.0/25
S5
126 host
10
201.45.224.128/25
S6
126 host
10

Terlihat pada table bahwa jaringan yang dimiliki tidak memadai untuk 6 subnet. Dan banyak subnet yang tidak digunakan maksimal. Jika menggunakan /27 akan didapatkan 8 subnet (memadai jumlahnya), tapi tiap subnet hanya akan mendukung 30 host (s5 dan s6 tidak muat).

Slash
Subnet mask
Jumlah network
Jumlah total IP
Jumlah host IP
/24
255.255.255.0
1
256
254
/25
255.255.255.128
2
128
126
/26
255.255.255.192
4
64
62
/27
255.255.255.224
8
32
30
/28
255.255.255.240
16
16
14
/29
255.255.255.248
32
8
6
/30
255.255.255.252
64
4
2


Solusi Menggunakan VLSM

Solusi menggunakan ialah menggunakan VLSM. Konsep dasarnya ialah melakukan subnet terhadap subnet yang ada (jadi sub subnet). Jumlah hirarkis subnet diatur sesuai kebutuhan (dibatasi oleh kapasitas host yang tersedia dari subnet tersebut). Diperbolehkan untuk melakukan sub subnet hanya pada salah satu subnet yang tersedia. Berikut adalah gambaran solusi VLSM untuk contoh 201.45.222.0/24
 




Contoh Soal 2


Sebuah perusahaan mendapat alokasi jaringan 192.15.1.0/24, memiliki 4 divisi:

1. (S1) keuangan à 30 host

2. (S2) HRD à 5 host

3. (S3) produksi à 100 host

4. (S4) riset à 57 host

Tentukan pembagian subnet yang cocok dengan metode :

1. Subnet tradisional

2. VLSM


Subnet Tradisional

Dengan subnet tradisional, kita menghitung jumlah subnet yang dibutuhkan, dalam kasus ini adalah 4, dimana subnet terbesar (S3) membutuhkan 100 host. Kapasitas jumlah host yang paling mendekati ialah 126 yang terdapat pada prefix /25 (lihat table)

Slash
Subnet mask
Jumlah network
Jumlah total IP
Jumlah host IP
/24
255.255.255.0
1
256
254
/25
255.255.255.128
2
128
126
/26
255.255.255.192
4
64
62
/27
255.255.255.224
8
32
30
/28
255.255.255.240
16
16
14
/29
255.255.255.248
32
8
6
/30
255.255.255.252
64
4
2


Sehingga subnet yang dihasilkan adalah:

Network id
Kapasitas
Terpakai
192.15.1.0/25
126
30
192.15.1.128/25
126
5
192.15.2.0/25
126
100
192.15.2.128
126
57

Dapat dilihat, bahwa jaringan 192.15.1.0/24 tidak memadai, subnet berwarna merah merupakan jaringan 192.15.2.0/24 yang tidak dimiliki oleh perusahaan tersebut.

VLSM

Langkah 1 : identifikasi subnet dengan host terbesar, gunakan sebagai dasar subneting level 1.

Langkah 2 : tuliskan network address dalam biner (dalam kasus ini hanya octet terakhir, karena 3 oktet pertama tidak berubah.

Langkah 3 : tentukan berapa bit porsi host yang akan dipinjam untuk subnet (gunakan table agar lebih mudah).

Langkah 4 : tuliskan kombinasi nilai biner sesuai dengan jumlah digit yang dipinjam.

Langkah 5 : assign subnet yang sesuai antara kapasitas dan kebutuhan.

Langkah 6 : identifikasi subnet tersisa, gunakan jumlah host terbesar untuk dasar subnetting level 2. Lanjutkan dari langkah 3.

Langkah 1 : jumlah host terbesar adalah S3 dengan 100 host.

Langkah 2 : 192.15.1.00000000 Langkah 3 dan 4 : pinjam 1 buah (prefix /25) karena host terbesar = 100.


Langkah 5 dan 6 : perulangan dari langkah 3




Didapatkan 7 subnet yang bisa dimanfaatkan, digunakan 4.

Berikut adalah table hasil lengkapnya:

Nama jaringan
Network address
Range host
Broadcast address
Kapasitas
Digunakan
S1
192.15.1.192/27
192.15.1.193-192.15.1.222
192.15.1.223
30
30
S2
192.15.1.224/29
192.15.1.225-192.15.1.230
192.15.1.231
6
5
S3
192.15.1.0/25
192.15.1.1-192.15.1.126
192.15.1.127
126
100
S4
192.15.1.128/26
192.15.1.129-190
192.15.1.191
62
57
 

Supernet

 

Latar Belakang Supernet


Sebuah supernetwork atau supernet adalah jaringan komputer berbasis IP yang dibentuk dari kombinasi dua atau lebih jaringan (network) atau sub jaringan (subnet) yang memiliki prefix (nilai slash) CIDR yang sama. Supernet diadopsi untuk membantu mengurangi beban pada router backbone (misalnya pada router jalur internet) yang diakibatkan oleh meningkatnya jumlah routing table.



Gambar analogi hubungan router backbone internet. 

Semakin banyak jaringan yang dikenal oleh sebuah router, maka akan bertambah ukuran routing table router tersebut. Pada setiap kali proses routing, router akan membaca isi routing table secara sekuensial hingga jaringan target ditemukan.




Routing table yang besar memiliki beberapa efek, yaitu:

1. Router memerlukan lebih banyak memori untuk menyimpan dan memanipulasi routing table pada akhirnya akan meningkatkan biaya operasi.

2. Routing latency meningkat (waktu yang diperlukan untuk mengarahkan sebuah paket data ke jalur yang benar) karena banyaknya data yang terdapat pada routing table.

3. Penggunaan bandwidth meningkat karena banyaknya routing update saat router saling menukar isi routing table nya.

Solusi dari masalah ini adalah penggunaan supernet, yang memungkinkan proses IP address aggregation (agregasi / penggabungan IP address) yang dapat mengurangi jumlah baris pada routing table yang digunakan.

Pembuatan Supernet 

 

Proses pembuatan sebuah supernet disebut supernetting, route aggregation, atau route summarization. Sederhana, IP address aggregation memungkinkan beberapa network disatukan dalam satu routing entry. Contoh:

Sebuah router harus mengatur lalu lintas 8 network terpisah, semua network tersebut menggunakan gateway yang sama untuk terkoneksi ke internet, yaitu 194.1.1.1 :

Berikut adalah isi dari routing table router tersebut

Destination network
Subnet mask destination network
Next hop IP address
IP route 66.100.50.0
255.255.255.224
194.1.1.1
IP route 66.100.50.32
255.255.255.224
194.1.1.1
IP route 66.100.50.64
255.255.255.224
194.1.1.1
IP route 66.100.50.96
255.255.255.224
194.1.1.1
IP route 66.100.50.128
255.255.255.224
194.1.1.1
IP route 66.100.50.160
255.255.255.224
194.1.1.1
IP route 66.100.50.192
255.255.255.224
194.1.1.1
IP route 66.100.50.224
255.255.255.224
194.1.1.1

IP Address Aggregation


Tanpa supernet, dalam routing table harus menangani entri terpisah untuk masing-masing jaringan. Jika dianalisa, kedelapan network tersebut memiliki kesamaan secara biner, yaitu semua bitnya identik hingga bit ke 24.

66.100.50.0
=
01000010.01100100.00110010.00000000
66.100.50.32
=
01000010.01100100.00110010.00100000
66.100.50.64
=
01000010.01100100.00110010.01000000
66.100.50.96
=
01000010.01100100.00110010.01100000
66.100.50.128
=
01000010.01100100.00110010.10000000
66.100.50.160
=
01000010.01100100.00110010.10100000
66.100.50.192
=
01000010.01100100.00110010.11000000
66.100.50.224
=
01000010.01100100.00110010.11100000
Supernet
=
01000010.01100100.00110010.00000000

Kita dapat mengenkapsulasi kedelapan network tersebut menjadi satu jalur supernet dengan cara mengubah subnet masknya, sehingga isi routing table dapat diubah menjadi:

IP route 66.100.50.0 255.255.255.0 194.1.1.1

Dapat dilihat keuntungan dari Supernetting saat kita melihat perbedaan pada isi routing table sebelum dan sesudah CIDR. Ini adalah contoh kasus yang sederhana, namun dapat mudah dibayangkan manfaat dari CIDR pada aplikasi dunia nyata dengan aggregasi yang lebih banyak.

Catatan:

· Proses supernetting hanya boleh dilakukan jika next hop IP address atau exit interface dari network-network tersebut sama.

· Jika tidak sama, maka tidak boleh dilakukan supernetting pada routing table, karena akan mengakibatkan kesalahan konfigurasi. 


 sumber : Cisco Fundamental 2, Joko Christian, M.Kom

No comments:

Post a Comment